Ratu Sampah Yang Tak Kenal Usia
Pernahkah kita berjalan menyusuri jalanan lalu tiba-tiba menemukan sampah tepat berada di depan mata kita lalu membuangnya ke dalam tempat sampah?
mungkin abagi sebagian orang hal tersebut tidak mau melalukannya karena menganggap bahwa itu kan bukan sampahku, bukan aku yang memebuat kotoran di sana jadi buat aku yang yang harus membersihkannya. Sehingga sampah tersebut dibiarkan saja di sana sehingga membuat pemandangan menjadi kotor.
Tapi hal tersebut tidak demikian dilakukan oleh Amilia Agustin Si Ratu Sampah Sekolah.
Setiap kali dirinya berjalan lalu menjumpai sampah di jalanan maka di akan memungutnya dan membuangkan ke dalam tempat sampah. Hal tersebut sering dia lalukan demi menjaga kebersihan di lingkungan sekitarnya.
Walaupun ia masih sekolah ia tidak malu untuk memungut sampah yang ada di sekitarnya. pasalnya seperti yang kita katahui penumpukan sampah masih menjadi sebuah problematika kita sampai saat ini.
Jumlah produksi sampah yang dihasilkan dari rumah tangga setiap harinya bisa sampai berton-ton . Tak heran bila pemerintah kewalahan untuk menangani masalah ini karena tempat pembuangan sampah sementara sudah tak mampu menampung sampah rumah tangga lagi.
Bahkan saking penuhnya pernah terjadi sebuah bencana longsor sampah di Leuwigajah, Bandung, yang terjadi pada tahun 2005 . Longsor tersebut menimpa dua pemukiman yang ada di sekitarnya dan memakan korban sebanyak 157 jiwa orang.
Apalagi di dekat sekolahnya ada Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terpadu (TPST) yang menimbun sampah setiap harinya.
Hal inilah yang membuat Amilia agustin beserta kawan-kawan memikirkan bagaiman cara mengurangi sampah agar tidak terjadi penumpukan sampah di sekitarnya.
Karena mereka menemukan kesulitan, akhirnya mereka berkonsultasi dengan guru ekstrakurikuler sains club yaitu Ibu Nia. Lewat Ibu Nia Amilia dan kawan-kawan diperkenalkan dengan Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) sehingga mereka mendapatkan ilmu bagaimana cara membuat kompos dan memilah sampah.
Tak hanya untuk diri sendiri, melainkan Amilia dan kawan-kawan tak segan untuk membagikan ilmunya dengan warga sekitar dan mengaplikasikannya dalam bentuk campaign.
Akhirnya pada tahun 2009, Amilia bersama teman-temannya membuat program Go To Zero Waste School.
Program ini kemudian dibagi menjadi empat bidang pengelolaan sampah, yaitu pengelolaan sampah anorganik, pengelolaan sampah organik, pengelolaan sampah tetrapak, dan pengelolaan sampah kertas.
Foto by : viva.co.idTak heran bila Amilia Agustin yang masih duduk di bangku SMA tersebut berhasil mendapat gelar penghargaan SATU Indonesia Award pada tahun 2010 karena kontribusinya terhadap sanitasi kota Bandung.
Sampai akhirnya, tahun 2009, Ami bersama teman-temannya membuat program Go To Zero Waste School.
Program ini kemudian dibagi menjadi empat bidang pengelolaan sampah, yaitu pengelolaan sampah anorganik, pengelolaan sampah organik, pengelolaan sampah tetrapak, dan pengelolaan sampah kertas. Dari program ini terciptalah produk seperti tas dan kompos.
"Akhirnya kita belajar waktu itu, bikin kompos dan memilah-milah sampah. Kita mulailah campaign di sekolah bagaimana membuat tempat sampah yang terpilah" Ujarnya seperti yang tercantum dalam E-Booklet 13th SATU INDONESIA AWARDS 2022 - Semangat Bergerak dan Tumbuh Bersama.
Ternyata niat sederhana dari seorang anak sekolahan bisa menghasilkan dampak yang besar bagi dirnya dan lingkungannya.
Pasalnya tak hanya lingkungan yang menjadi bersih tapi juga perekonomian warga sekitar pun juga ikut membaik lewat produk yang dihasilkan dari sampah. Ia kerap memberi edukasi pada warga sekitar cara mendaur ulang sampah dan mengubahnya menjadi produk yang menarik lalu memasarkannya lewat internet.
Walau Amilia menyadang gelar sebagai Ratu Sampah tak mengubahnya dari Amilia yang dulu. Ia tetap memberikan edukasi pada lingkungan sekitarnya sperti di lingkungan kampusnya dan sekitar targetnya tak hanya di lingungan kampus tapi juga ke SD dan SMP sekitar.
Guna menyuarakan tentang pentingnya menjaga lingkungan karena ini adalh ciptaan Tuhan yang harus kita jaga. Dan juga semakin banyak anak- anak generus bangsa yang ikut andil dalam menjaga kelestarian lingkung sekitar.
Comments
Post a Comment