Sebagai negara berkembang dan memiliki wilayah yang luas, Indonesia ternyata masih memiliki beberapa masalah yang perlu diselesaikan. Salah satunya pada masalah kesehatan masyarakat, terutama pada daerah-daerah yang terpencil. Namun walaupun demikian masih ada upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 436/BMD/BKUP/III/1992 pada tanggal 26 Maet 1992 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Upaya Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil Termasuk Perbatasan Dengan Mempergunakan Pesawat Udara, Kapal Air Dan Sarana Angkutan Lainnya Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Tahun 1992/1993.
Dan untuk meningkatkan semangat kerja para pekerja, pemerintah melalui Keppres No.13 Tahun 1992 memberikan tunjangan pengabdian kepada Pegawai Negeri Sipil yang bekeja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil khusus untuk dokter maupun Pegawai Tidak Tetap (PTT).
Dengan berdasarkan hukum tersebutlah maka pemerintah mengirim beberapa tenaga kesehatan untuk membantu dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di indonesia. Salah satunya adalah Hardinisa Syamitri, menjadi salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS). Beliau mendapatkan tugas untuk mengabdi di Jorong Luak Begak, Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Limapuluh Kota, Sumatera Barat pada tahun 2008. Sebuah kampung terpencil dengan jumlah penduduk sekitar 500 jiwa dengan kondisi daerah tanpa listrik dan sinyal telekomunikasi.
Dikutip dari tagar.id, Hardinisa Syamitri atau yang biasa disapa dengan Bu Icha ini pada awalnya merasa kurang senang ketika mengetahui bahwa dirinya ditempatkan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di daerah terisolir atau terpencil. Beliau menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui letak Luak Bega berada, bahkan orangtua dan neneknya pun juga tidak tahu padahal tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan Luak Bega.
Awalnya pihak Dinas Kesehatan menyebutkan bahwa penempatannya tidak jauh dari Kota Payakumbuh, jalannya bagus, ada signal handphone serta mudah dijangkau oleh transportasi. Namun ternyata keadaannya berbanding terbalik, disana tidak ada signal handphone maupun listrik, dan juga kondisi jalanan yang memperihatinkan. Selain rusak, jalanan ini jadi sulit dilalui oleh kendaraan apabila terjadi hujan.
Selain kondisi dari lokasi penugasannya yang memperihatinkan, ternyata kedatangan Bu Icha ketika sampai di lokasi tersebut tidak langsung diterima oleh masyarakat setempat karena beliau dianggap aneh. Masyarakat setempat masih memercayakan permasalahan kesehatan kepada dukun, jadi kalau ada yang sakit ataupun melahirkan mereka akan membawanya ke sana.
Hal ini sesuai dengan hasil riset dari media.neliti.com tentang Kebiasaan Berobat Masyarakat di daerah terpencil, yang mana Kepala Puskesmas menyebutkan bahwa 50,8% dari masyarakat sudah memanfaatkan puskesmas, 44,1% masih menggunakan pengibatan tradisional (termasuk dukun), dan 5,1% melakukan pengobatan sendiri.
Apalagi di daerah Luak Bega ini baru ada Bidan yang ditugaskan di sana setelah sekian lama. Walaupum sudah beberapa bulan berada di sana, masyarakat masih belum bisa menerima Bu Icha dan masih menganggap bahwa jika mau berobat atau melahirkan datang ke dukun dan tidak perlu ke Bidan. Padahal Bu Icha ditempatkan di Luak Bega tujuannya adalah untuk membantu pengobatan dan persalinan masyarakat agar lebih baik dan sesuai dengan standar medis.
Inisiasi Program untuk Lansia
Walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi, Bu Icha tetap berusaha mencari cara agar masyarakat mau menerimanya dan mau berobat agar mendapat penanganan medis dengan benar. Selang beberapa waktu kemudian, akhirnya beliau menemukan akar permasalahannya. Ternyata masyarakat ini masih mengikuti anjuran dari orangtua atau nenek dulu bahwa ketika ingin berobat pergilah ke dukun, karena mereka menganggap bahwa dukun ini lebih hebat daripada Bidan.
Setelah mengetahui hal ini, Bu Icha berusaha melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat khususnya para orang tua yang sudah lanjut usia. "Jadi apa kata lansia, mungkin orangtua yang ada di rumah, mereka lebih percaya, lebih percaya mereka. Mungkin saya fikir kalau seandainya saya bisa mengajak lansia, otomatis saya bisa mengajak anggota keluarga yang lain," ucap Bu Icha dalam wawancaranya dengan tim Liputan 6.
Selain itu Bu Icha juga mengajak para dukun di Luak Bega menjadi partner, jadi apabila ada beberapa kasus melahirkan yang tidak bisa ditangani oleh dukun beranak maka beliau yang datang membantu. Salah satu kejadiannya adalah ketika ada seorang perempuan yang sedang melahirkan dan bayinya tidak menangis, kemudian dipanggillah Bu Icha untuk membantu sehingga bayi tersebut akhirnya bisa menangis.
Dengan kejadian tersebut dan ditambah dengan usaha pendekatan yang dilakukan oleh Bu Icha, lambat laun akhirnya tumbuh rasa kepercayaan masyarakat bahwa Bidan yang lebih profesional dibandingkan dukun.
Selain membantu pengobatan dan persalinan. Pada tahun 2010, Bu Icha juga menginisiasi Seroja (Sehat Rohani Jasmani) yaitu kegiatan senam yang bertujuan untuk mengurangi potensi penyakit degeneratif pada warga lanjut usia atau lansia. Selain senam, Bu Icha juga memberikan sosialisasi mengenai penyakit yang rentan dialami oleh warga lansia seperti jantung dan rematik dan juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Dan ternyata program Seroja yang telah berjalan ini manfaatnya mulai dirasakan oleh warga lansia, salah satunya yaitu Ibu Suwarni. Ketika diwawancarai oleh tim Liputan 6 Bu Suwarni memberikan testimoni bahwa sebelumnya badannya sakit-sakit semua namun setelah mengikuti kegiatan ini rasa sakit itu sudah tidak ada lagi.
Selain membuat program Seroja, Bu Icha juga membuat program lain agar lebih variatif tidak bosan. Yaitu pelatihan untuk memanfaatkan barang-barang bekas dengan mengubahnya menjadi beragam kerajinan tangan yang mana hasilnya dapat dijual atau dijadikan hiasan rumah. Upaya ini juga sebagai salah satu tindakan preventif untuk memperlambat proses kepikunan pada warga lansia.
Menjadi pemenang SATU Indonesia Award pada tahun 2013
Dengan berbagai kegiatan yang telah diinisiasi dan dijalankan oleh Bu Icha untuk membuat masyarakat Luak Bega menjadi lebih baik akhirnya membawa beliau menjadi salah satu pemenang pada apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra. Bu Icha menjadi pemenang utama di bidang kesehatan dan menjadi satu-satunya pemenang perempuan di acara tersebut pada tahun 2013.
Dikutip dari tagar.id, ternyata Bu Icha awalnya tidak tahu tentang program tersebut dan merasa kaget ketika dihubungi oleh tim SATU Indonesia Awards yang bertanya mengenai program Seroja di Luak Bega. Dan ternyata yang mendaftarkan adalah temannya karena merasa terinspirasi oleh program yang dibuat oleh Bu Icha.
Dari kemenangan tersebut, beliau mendapatkan hadiah berupa uang untuk tambahan pendanaan program Seroja yang mana sebelumnya pendanaan kegiatan berasal dari iuran warga lansia. Selain itu beliau juga mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi beberapa daerah di Indonesia serta mendapat undangan dari salah satu stasiun televisi nasional untuk mempresentasikan program Seroja dan juga memberikan seminar motivasi agar kebaikan yang telah dilakukannya bisa menular pada perempuan dan pemuda lainnya. Harapannya supaya bisa lebih banyak lagi melahirkan generasi muda yang mau berpartisipasi aktif untuk membantu memajukan Indonesia menjadi lebih baik lagi di masa depan
Comments
Post a Comment